Sungai Penuh dan Dosa Lama: Mampukah Alfin-Azhar Menjawab Tantangan Sampah?
MALALAI POS, SUNGAI PENUH- Kota yang semestinya menjadi kebanggaan, kini dihantui oleh dosa lama yang terus berulang: sampah yang menumpuk, sistem yang carut-marut, dan kepemimpinan yang selalu gagal menyelesaikan akar masalah. Dari sudut gang hingga jalan utama, dari pasar hingga pemukiman, bau busuk dan pemandangan yang menjijikkan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Pemimpin datang dan pergi, tetapi masalah ini tetap sama. Rakyat dipaksa untuk hidup berdampingan dengan tumpukan plastik, saluran yang mampet, dan tempat pembuangan sementara yang berubah menjadi gunungan limbah permanen. Pertanyaannya: apakah pemimpin baru, Alfin-Azhar, akan benar-benar membawa solusi, atau sekadar mengulang babak baru dari drama kegagalan yang membosankan?
Masalah sampah bukan sekadar soal lingkungan, tetapi juga cerminan dari manajemen pemerintahan yang rapuh. Jika sebuah kota tidak mampu mengelola sampahnya sendiri, bagaimana mungkin bisa berbicara tentang pembangunan? Sampah adalah indikator paling jujur dari kualitas kepemimpinan: jika berserakan di mana-mana, itu berarti pemimpinnya tidak becus bekerja.
Selama ini, solusi yang diberikan hanya berkutat di permukaan. Gotong royong musiman, pemasangan spanduk himbauan, dan operasi pembersihan menjelang hari besar bukanlah solusi, melainkan sekadar ilusi. Warga sering kali dipersalahkan karena tidak disiplin, sementara sistem yang semestinya mendukung perilaku baik justru tidak berjalan. Bagaimana mungkin meminta masyarakat memilah sampah jika infrastruktur pengolahannya tidak ada? Bagaimana mungkin mengharapkan kebersihan jika truk pengangkut datang sesuka hati?
Alfin-Azhar harus memahami bahwa kepemimpinan bukan sekadar seremonial dan janji kampanye. Jika mereka tidak segera bertindak dengan kebijakan yang konkret, maka harapan rakyat hanya akan berujung pada kekecewaan yang lebih dalam.
Untuk benar-benar menyelesaikan persoalan sampah di Sungai Penuh, ada tiga dosa besar dari kepemimpinan sebelumnya yang harus ditebus:
1. Manajemen Sampah yang Amburadul Kota ini butuh revolusi dalam tata kelola sampah. Sistem yang ada sekarang adalah bukti kegagalan total. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dibiarkan kumuh, pengangkutan sampah tidak terjadwal dengan baik, dan pemilahan masih menjadi konsep abstrak. Jika Alfin-Azhar tidak segera membangun sistem yang berbasis pemilahan, daur ulang, dan pengolahan modern, maka mereka hanya akan mengulangi kesalahan pemimpin sebelumnya.
2. Kurangnya Edukasi dan Kesadaran Publik
Sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Namun, tidak adil jika warga disalahkan tanpa diberikan pemahaman dan fasilitas yang memadai. Harus ada edukasi serius di sekolah-sekolah, kampanye yang bukan sekadar seremonial, serta insentif bagi warga yang aktif dalam pengelolaan sampah. Pemerintah tidak bisa hanya menuntut tanpa memberi solusi.
3. Ketidakberanian untuk Bertindak Tegas
Sampah di Sungai Penuh tidak hanya berasal dari rumah tangga, tetapi juga dari pasar, industri, dan pelaku usaha yang sering kali membuang limbah tanpa aturan. Selama ini, pemerintah lebih sering bersikap lunak terhadap pelanggaran, entah karena malas, takut, atau ada kepentingan tertentu. Jika Alfin-Azhar ingin perubahan nyata, maka aturan tegas harus ditegakkan. Denda bagi pembuang sampah sembarangan, kewajiban pengolahan limbah bagi industri, serta pengawasan ketat di titik-titik rawan harus menjadi prioritas.
Kini, bola ada di tangan Alfin-Azhar. Rakyat Sungai Penuh sudah cukup lelah dengan janji-janji yang tidak pernah diwujudkan. Harapan mereka bukan sekadar kata-kata, tetapi tindakan nyata. Jika pemimpin baru ini gagal menjawab persoalan sampah, maka mereka hanya akan menjadi tambahan dalam daftar panjang pemimpin yang gagal.
Sungai Penuh butuh kepemimpinan yang tidak takut mengambil keputusan sulit. Jika Alfin-Azhar hanya menjadi penonton dari kegagalan yang sudah terjadi, maka mereka akan diingat bukan sebagai pembawa perubahan, melainkan sebagai bagian dari masalah itu sendiri.
Apakah mereka berani? Ataukah Sungai Penuh akan kembali tenggelam dalam dosa lama yang sama?. (WL/PNF)


Facebook Comments