Skandal di Tugu 17- Oknum Anggota DPRD Sungai Penuh Cabut Portal Jalan, Pengerusakan atau Perjuangan

MALALAI POS, SUNGAI PENUH- Sebuah tindakan kontroversial kembali mencuat di Kota Sungai Penuh. Kali ini, seorang oknum anggota DPRD nekat mencabut portal besi di depan Jalan di Samping Tugu 17, sebuah fasilitas umum yang sebelumnya difungsikan untuk membatasi akses kendaraan roda empat. Langkah ini bukan hanya mencoreng wajah perwakilan rakyat, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar: benarkah ini solusi, atau justru bentuk pengrusakan yang tidak seharusnya terjadi?

Area Tugu 17, yang beberapa waktu terakhir dialihfungsikan menjadi ruang publik, sempat menuai pro dan kontra. Ada yang menyebut proyek ini gagal, ada pula yang melihat manfaatnya. Nyatanya, perlahan tapi pasti, masyarakat mulai menikmati kawasan ini sebagai ruang bermain yang lebih ramah bagi anak-anak dan lansia. Pejalan kaki dan kendaraan roda dua masih bisa melintas, meski idealnya, kawasan ini sepenuhnya bebas dari kendaraan bermotor.

Namun, semua berubah ketika seorang anggota dewan, diduga tanpa kajian dan tanpa koordinasi, mencabut portal besi yang menjadi pembatas jalan. Alasan? Tidak jelas. Apakah ini bentuk kepedulian atau justru tindakan semena-mena yang melawan aturan? Yang pasti, bukan begini cara membenahi masalah.

Kita bisa sepakat, proyek ini jauh dari kata sempurna. Bisa jadi, ada cacat dalam perencanaannya. Namun, membongkar, mencabut, merusak—itu bukan jawaban. Sebagai wakil rakyat, seharusnya ada langkah yang lebih elegan: evaluasi, diskusi, solusi berbasis data. Bukan main hakim sendiri.

Yang lebih ironis, ini bukan pertama kalinya oknum tersebut bertindak kontroversial. Seolah lupa bahwa tanggung jawab seorang wakil rakyat adalah membangun, bukan menghancurkan. Hari ini, portal besi dicabut. Besok, fasilitas publik mana lagi yang akan jadi korban arogansi kekuasaan?

Masyarakat Kota Sungai Penuh tidak butuh pemimpin yang reaktif dan asal bertindak. Yang dibutuhkan adalah solusi nyata, kebijakan yang berpihak pada kepentingan publik, dan keputusan yang lahir dari kajian matang. Jangan sampai kita terus menjadi saksi dari kesalahan yang berulang—dengan aktor yang itu-itu saja. (DD/Tim)

Facebook Comments

0 Komentar

TULIS KOMENTAR

Alamat email anda aman dan tidak akan dipublikasikan.